Imajinasi, Sang Penerang Realitas

Kecil
When I Climb Penanggungan Mountain

Pernah, ngga, sih, kalian mikir, kapan terakhir kali diri ini berimajinasi? Ini adalah salah satu pertanyaan kecil dari sekian banyak keresahan yang gue mau tuangkan ke blog ini. Dan, jujur, ini draf udah dari lamaa... banget. I know I've said this so many times. 

Trigger dari Imajinasi

Waktu itu kalo ga salah, gue sama temen-temen SD lagi pergi ke Pacet, reuni kecil gitu sekitar 4-5 orang. Di sana terkenal dengan suhu dingin daerahnya, biasanya tempat ini suka dipakai anak sekolahan untuk acara LDKS gitu. 

Kita berhentilah di sebuah tempat makan, yaa.. kaya warung gitu tapi bisa lesehan, nah, berhubung gue ga makan (udah makan ceritanye dari rumah), gue inget banget cuma pesen Sprite doang sambil nunggu temen-temen makan. 

Jadi, deh, menyibukkan diri dengan merangkai kata, ngetik di HP aja gitu pakai note dan topiknya ya ini, Imajinasi. Oksigen di daerah ini begitu sejuk, mood banget buat nulis sambil berimajinasi..

Foto ketika berbaring di sebuah warung

Topik imajinasi ini juga di-trigger oleh series Anne with an E yang mana character utamanya sangat suka untuk berimajinasi dan saking kuatnya imajinasi dia, dunia dia berubah dari yang tadinya murung (sebagai anak panti asuhan) menjadi lebih ceria karena imajinasinya.

Dia juga sering di-bully karena Anne suka membaca and she's talk a lot. Ini adalah series yang sangat gue favoritkan sejak lama karena feels classic dan betapa relate-nya film ini terhadap diri gue.

Kapan Terakhir Kali Kamu Berimajinasi?

Imajinasi: khayalan, daya pikir, angan-angan.

Oh, ya, balik lagi ke pertanyaan awal, kapan terakhir kali kalian berimajinasi? Mungkin terakhir kali sewaktu kalian kecil? Atau udah lupa? Lupa bagaimana caranya berimajinasi!? Well.. kalo iya, ini mengerikan, sih. 

Beruntungnya gue sendiri ada di ranah kreatif yang segala halnya berhubungan dengan seni, hal ini selalu mengingatkan gue untuk constantly berimajinasi dan bermain dengan perasaan sehingga apa yang gue tuangkan selalu mempunya emotion dan makna di dalamnya. Gue selalu menerapkan imajinasi atau daya angan pada karya foto gue. Alhasil foto gue selalu manghasilkan makna di baliknya. Imajinasi tanpa sadar menghidupkan makna pada sebuah foto.

Imajinasi, Penerang dalam Kehidupan

Ingat bahwa konteks imajinasi di sini bukanlah "menghalu" kata halusinasi dan imajinasi adalah dua hal yang berbeda.

  • halusinasi/ha·lu·si·na·si/ pengalaman indra tanpa adanya perangsang pada alat indra yang bersangkutan, misalnya mendengar suara tanpa adanya sumber suara tersebut.
  • imajinasi/ima·ji·na·si/ daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.

Paham kan bedanya di mana? Yang satu ada karena realitas dan yang satu tidak.

Konteks yang mau gue tekankan adalah bagaimana caranya imajinasi bisa nge-boost realitas kita dengan "caranya". Selalu ingat bahwa Imajinasi ada, karena adanya realitas seperti halnya cahaya yang ada dan bisa kita sadari karena adanya kegelapan. Mereka ada untuk saling menyadarkan bahwa mereka ada. Semuanya balik lagi bahwa segala hal yang berlebihan itu selalunya tidak baik.

Imajinasi yang Terlupa

You know what? Honestly gue ngerasa bahwa rata-rata orang sudah lupa bagaimana caranya berimajinasi. Padahal berimajinasi adalah salah satu hal dasar yang sering sekali kita lakukan sewaktu kita kecil. Seakan-akan semua hal bisa kita raih ketika kita sedang mengimajinasikannya, nah ini dia yang ingin gue tekankan. 

Point ketika kita berimajinasi adalah kita bisa merasakan bahwa hal tersebut itu sangat nyata seakan masuk ke dunia yang mana apa pun bisa terwujud.

Imajinasi yang Hilang Seiring Usia

Sewaktu kecil kita berani untuk berimajinasi lebih dari apa pun dan ngga takut sedikit pun akan hal yang kita inginkan. Saat berimajinasi kita bahkan memperagakan seolah-olah hal itu sedang terjadi, dan memang nyata. Kita sedang merasakannya.. "Ingin terbang!" *whoosh..* Lihat bagaimana imajinasi ada untuk menguatkan realitas.

Karena semakin beranjak dewasanya kita, kita sudah jarang untuk berimajinasi lagi dan bahkan sudah lupa bagaimana caranya berimajinasi. Yang akhirnya ini mengarah pada mimpi-mimpi kita sewaktu kecil.. mereka hilang secara perlahan. Kita sudah lagi ga percaya sama mimpi kita, kita udah gapercaya lagi bahwa apa yang kita bayangkan akan menjadi kenyataan. Dengan tidak adanya imajinasi, angan yang sudah dibangun sejak kita kecil perlahan seperti digrogoti dan akhirnya lenyap...

Imajinasi Menguatkan Realitas

Coba deh bayangin, gimana caranya kita bisa mencapai atau memiliki suatu hal ketika kita saja bahkan tidak bisa untuk membayangkannya, membayangkan bahwa kita sedang memiliki atau mencapai hal tersebut? It's literally does'nt make sense for me.

Kadang ketika berimajinasi, gue selalu membayangkan bahwa diri gue sedang berada di negara a, b, c dan seterusnya.. Oleh karena itu, ngga ada sama sekali ke-khawatiran bahwa mimpi-mimpi ini tidak akan tercapai. Deep in my mind it is always me that has been to negara a, b, c, dan jelas akan tercapai selama gue hidup, karena sekali lagi, imajinasilah yang menguatkan realitas. Karena hal ini begitu sangat nyata, saking nyatanya, realitas gue selalu terus mendorong dan menginginkan bahwa hal ini akan terjadi.

Imajinasi menghidupkan kembali mimpi-mimpi, memperkuat realitas. Imajinasi menumbuhkan kepercayaan diri. Semakin kuat kita berimajinasi akan suatu hal, maka itu pertanda bahwa kalian percaya bahwa hal tersebut akan menjadi nyata. Karena pada dasarnya, untuk bisa berani ber-angan adalah salah satu langkah kecil untuk bisa mengubah imajinasi menjadi realitas.