![]() |
Bali, 2018 |
Kon.trol: pengawasan; pemeriksaan; pengendalian terhadap sesuatu.
Pikiran, perasaan, tubuh, cara kita mereaksi sesuatu ini adalah contoh absolut 100% hal yang bisa kita kontrol, yang datangnya dari dalam tubuh (diri sendiri).
Tapi anehnya kadang orang ngga sadar, mana yang bisa dikontrol dan mana yang tidak. Jika kalian sadari, overthinking, anxiety, dan penyakit mental health yang common di kalangan remaja timbul karena masalah ini.
Berusaha mengontrol apa yang tidak bisa dikontrol adalah sebuah kondisi yang harus disadari sesegera mungkin. Selalu ingat bahwa segala hal yang datang dari luar tubuh ini adalah hal yang tidak bisa dikontrol.
Contohnya?
Melakukan kebaikan seperti menolong seseorang adalah sesuatu yang bisa dikontrol, tetapi mengharuskan orang tersebut membalas kebaikan yang kita lakukan terhadapnya itu di luar kontrol kita.
Espektasi dong jatuhnya? Bukan, espektasi itu adalah pengharapan yang kalo ngga terjadi, ya, ngga apa-apa. Akan tetapi, kontrol atau kendali lebih seperti bahwa hal tersebut itu harus terjadi.
Berpenampilan baik, sopan, keren, bisa kita kontrol. Tapi untuk banyak orang supaya menyukainya? Itu bukan kontrol kita.
Fokus ke Diri Sendiri, Bukan Orang Lain
Fokusnya adalah pada diri sendiri bukan pada pikiran ataupun perasaan orang lain. Sadari hal ini, maka hidup akan terasa lebih nyaman.
Misalkan lagi, ada acara presentasi kelas, yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana cara agar diri ini menampilkan yang terbaik saat presentasi. Hasil atau nilai adalah hal yang di luar kontrol kita. Jadi, ngga perlu repot untuk memikirkannya, pikirkan saja bahwa, "Gue puas dan sudah melakukan yang terbaik", selesai.
Sekarang poinnya, lantas kenapa seseorang cape-cape memikirkan sesuatu yang mereka bahkan ngga bisa untuk dikontrol? Apalagi terhadap apa yang orang lain pikirkan, rasakan, dan yakini. Itu dia mereka gak sadar bahwa hal tersebut ngga bisa ia kontrol.
Ini juga balik lagi ke pola pikir, gue yakin seseorang yang menyukai dirinya sendiri dan kenal terhadap dirinya pasti mereka ngga akan repot-repot untuk bisa mengontrol hal yang ada di luar dirinya. "Orang lain harus suka!", Ngapain orang harus suka? Gue sendiri yang menyukainya sudah lebih dari cukup, karena hal itu yang paling penting dan berharga.
Ngapain juga memakai baju yang kita ga nyaman dan ga kita sukai supaya terlihat keren di mata orang lain contohnya. Ini adalah mindset yang salah, seakan-akan orang lain lebih berharga daripada diri sendiri.
Kontrol Itu Bukan Menghilangkan, Tapi Menyadari
Di beranda YouTube gue pernah ada video yang berjudul "Why you should delete Social media in 2023" yang mana di video tersebut menyuruh orang untuk menghapus Social media mereka karena menurutnya hal ini buruk. lalu, gue bertanya kenapa harus dihapus? kenapa ga dikendalikan aja?
Segala hal yang berlebihan sudah pasti buruk, minum air putih berlebihan bisa membuat perut kembung, mual, bahkan keracunan air (hiponatremia). Kalo dipikir-pikir lagi, memang ngga ada hal yang berlebihan yang dampaknya baik, meskipun itu hal baik sekali pun, coba aja kasih gue contoh. Hal baik yang berlebihan pun akan menjadi buruk. Maka dari itu kontrol atau kendali berperan sangat penting di sini.
Social media pun sama, bukan salah platform-nya (YouTube, TikTok, Instagram), tapi kebiasaan dari penggunanya yang tidak bisa mengontrol apa yang dilakukan, akhirnya algoritma yang mengontrolnya, contoh simplenya TikTok ada yang namanya FYP (for you page) yang isinya konten-konten yang kalian suka liat dan spend time the most. Suka konten joget maka fyp-nya, ya, isinya orang joget, kalo watchtime-nya banyak di kategori edukasi maka TikTok merekomendasikan konten edukasi. Simple.
Sekarang yang jadi pertanyaan, apakah kalian berusaha mengontrol social media tersebut ketika menggunakannya? Atau algoritma dari media sosial lah yang mengontrol kalian? Apakah kalian filter video mana yang baik untuk pola pikir dan mana yang tidak? Jangan lupa bahwa tontonan kalian setiap harinya sangat mempengaruhi pola pikir kalian.
Ketidakbisaan kalian untuk mengontrol berapa lama kalian spend di social media menandakan bahwa lemahnya kendali kalian terhadap apa yang kalian lakukan.
Cara Menaikkan Level Kendali Diri
Lalu, bagaimana cara meningkatkan kendali terhadap sesuatu?
1. Personally dari gue sendiri selalu start on small things, self aware itu penting. Sadar dengan apa yang dilakukan saat ini itu penting, setelah melakukan sesuatu, coba inget berapa lama waktu yang kalian spend untuk aktivitas tersebut.
2. Nge-list segala hal yang dilakukan seharian, ini juga sangat ngebantu untuk sadar apa yang dilakukan, catetin apa-apa aja yang dilakuin seharian dan sadar mana kebiasaan baik dan mana yang buruk. Lalu coba untuk mengendalikannya secara perlahan.
3. Olahraga, terutama angkat beban, dengan angkat beban kalian belajar untuk mengendalikan tubuh dan juga merasa nyaman dengan tubuh yang dimiliki. Poin dari olahraga di sini sebenarnya bukan untuk mempunyai tubuh yang bagus, melainkan feels good about your own body.
Di sisi lain, endorfin juga akan terpicu setelah kalian melakukan olahraga, fungsinya?
Mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman, meningkatkan suasana hati, meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi stres, depresi, dan rasa cemas, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mendukung memori dan fungsi kognitif, melepaskan hormon seksual, menambah nafsu makan, meredakan peradangan.
Banyak kan fungsinya? Nah, sekarang coba kalian pikir ketika kalian kekurangan hormon endorfin dan cara kalian memicunya lewat media sosial, maka hasbislah sudah waktu karenanya, bahkan kontrol diri udah ga ada lagi di sana.
Biasa Aja
Gue orangnya bisa dibilang biasa-biasa aja terhadap sesuatu, maksudnya ga terlalu addict gitu, bahkan terhadap hal yang gue sukai. Contohnya, gue suka ngegame, tapi gue juga bisa ga ngegame sama sekali, bahkan pernah ga ngegame selama 1 tahun yaa itu artinya lo gasuka ngegame, big no! justru gue suka banget ngegame cuma bedanya ada peranan kendali di sana. Coba belajar untuk biasa saja terhadap sesuatu, dengan begitu kalian akan lebih mudah untuk mengontrolnya.