Menjawab Pertanyaan Diri: Kenapa Aku Enggak Pernah Ngerasa Insecure?

Menjawab Pertanyaan Diri: Kenapa Aku Enggak Pernah Ngerasa Insecure?
Bali, 24 Juni 2018 

Ini adalah draf pikiranku di tahun 2021 yang kubuka kembali di tahun 2025. Keresahan insecurity ini bisa dibilang keresahan terbesarku pada saat itu, karena sering sekali kupikirkan dan memutuskan untuk meluapkannya ke dalam bentuk tulisan, tapi ngga di-upload, biasa, kebiasaan nge-draf. Jika tak diluapkan pada saat itu agaknya sudah pasti akan meleduk sia. 

Aku selalu penasaran kenapa aku enggak pernah ngerasa insecure di saat banyak orang meraskan hal ini, dan tujuanku menulis artikel ini adalah sekaligus mencari jawabannya, harapanku siapa tau ini akan menjadi manfaat bagi banyak orang yang merasakan hal yang sama dan bantu kalian untuk mengatasinya. Mari, sama-sama mencari jawabannya, kutunjukkan cara biar kamu nggak insecure lagi. Sebelum itu, kita pahami dulu..  


Memahami Insecure

in·se·cure / insecurity, pada dasarnya perasaan nggak aman. Perasaan nggak aman ini yang menimbulkan rasa kurang percaya diri, malu, atau bahkan rendah diri karena merasa orang lain lebih baik dari kita. Juga bisa muncul ketika lagi ngerasa kekurangan, bersalah, atau merasa nggak mampu untuk ngelakuin sesuatu.

Inilah kenapa orang yang insecure, punya kepercayaan diri yang tipis, ngga yakin dengan kemampuan dirinya sendiri dan bertanya-tanya, "Apa iya orang lain beneran suka sama aku?". Jadi kalau disimpulin ini adalah perasaan terhadap diri sendiri, kayak gak pede, takut orang lain nggak menyukai, merasa nggak cukup baik, takut dibanding-bandingkan, merasa nggak berharga, intinya merasa kurang dari orang lain.


Penyebabnya

Berdasarkan pengamatanku di 2021 saat draf ini dibuat, insecurity sering muncul saat kita membandingkan diri. Kebanyakan orang yang menggunakan kata insecure ini, ketika mereka melihat konten orang lain di media sosial, yang mana dia merasa orang ini "lebih" dari dirinya, entah itu dari segi fisik (lebih cantik, ganteng) ataupun dari segi ekonomi (seperti karier dia lebih sukses, anak orang kaya, dan lainnya). 

Di saat dia membandingkan diri, perasaan ketidakamanannya muncul dan melunturkan rasa percaya dirinya, jadinya insecure deh. Coba liat aja komen-komen seperti, “Aku insecure banget liat ini” sering seliweran di TikTok atau platform lain pada saat itu. Menurutku, ini bukti bahwa social media punya dampak besar ke kesehatan mental terutama rasa insecure ini. 

Psikologi bilang bahwa insecurity juga bisa berasal dari faktor eksternal seperti tekanan sosial, standar yang ngga realistis, kurangnya dukungan emosional, atau faktor lingkungan yang ngga mendukung. 

Sesimpel saat melihat seseorang dengan karier yang lebih baik atau penampilan yang menarik, seseorang mungkin merasa "tidak cukup" dan mulai mempertanyakan nilai dirinya. Yang perlu diingat adalah bahwa insecurity bukan hanya soal penampilan atau status ekonomi. Bahkan, mereka yang dianggap "good looking" atau sukses pun bisa ngerasa insecure. Kenapa? Ya, karena setiap orang punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing, dan perasaan ini seringnya lebih tentang pola pikir daripada realitas.


Cara Efektif Biar Enggak Insecure Lagi 

Perlu di-note bahwa poin-poin yang kusampaikan di bawah ini berurutan dan saling berkaitan dengan poin sebelumnya.


Kontrol dan Latih Pola Pikir Stoik

Padahal, kalo dipikir-pikir lagi dengan baik, faktor-faktor eksternal ini bukanlah hal yang bisa dikontrol. Cantik nggaknya orang, pencapaian orang, ini adalah hal yang di luar kontrol kita, asalnya dari luar diri. Sekarang coba liat ke dalam diri lalu bertanya apa yang bisa dikontrol? Ya, reaksi kita terhadapnya. 

Memang benar bahwa counter anak-anak jaman sekarang itu adalah Stoic. Berasa kayak all in one package solution aja gitu terhadap segala hal pikiran negatif yang mereka ciptakan sendiri. 

Karena filosofi Stoisisme ngajarin untuk fokus pada hal yang bisa kita kontrol aja, kayak usaha (untuk memperbaiki penampilan diri) dan sikap (terhadap pencapaian dan penampilan mereka), bukan malah fokus dengan hasil atau opini orang lain. Dengan menerapkan pola pikir ini, kalian bisa lebih tenang menghadapi tekanan eksternal dan mengurangi rasa insecurity ini. 


Ubah Sudut Pandang dan Pola Pikir

Aku sering mikir, kenapa sih kalau kita lihat konten orang yang “lebih” dari kita, entah mereka lebih cantik, lebih ganteng, sukses, atau punya hidup yang kelihatannya wow, reaksinya justru nge-down karena insecure? Bukannya malah termotivasi? Aneh nggak sih? Menurutku, ini semua tentang sudut pandang dan pola pikir. Alih-alih melihat orang lain sebagai inspirasi, kita malah tenggelam dalam perasaan “Aku nggak cukup baik”. Padahal, kalau dipikir-pikir, insecure itu bisa banget kita suling jadi bahan bakar buat motivasi.

Bayangin, kalau ada orang posting pencapaian mereka, misalnya karier cemerlang atau penampilan yang kece, kenapa kita nggak bilang dalam hati, “Keren, aku juga pengen kayak gitu!” daripada komentar, “Duh, aku insecure banget lihat ini”? Reaksi kita itu pilihan, lho. Sikap yang kita ambil menentukan apakah kita bakal jalan ke depan atau stuck di tempat. Insecure itu wajar, tapi kenapa nggak kita balik jadi dorongan buat improve diri? Misalnya, lihat orang jago ngomong di depan umum, daripada ngerasa kecil, coba deh belajar public speaking. Atau lihat orang punya bisnis sukses, daripada merasa “Aku nggak akan bisa”, mulai cari tahu langkah kecil apa yang bisa kamu ambil.

Intinya, insecure itu kayak alarm kecil di kepala yang bilang, “Hei, ada sesuatu yang kamu pengen!” Jadi, alih-alih ngebiarin alarm itu bikin panik, dengerin apa yang sebenarnya kamu mau, lalu ubah jadi tindakan. Ganti mindset dari “Aku nggak sebanding” ke “Aku bisa belajar dari mereka”. Dengan gitu, kamu nggak cuma lepas dari insecure, tapi juga jadi versi lebih baik dari dirimu sendiri.


Mengenal Diri Lebih Dalam

Jika insecure adalah perasaan tak percaya diri atau adanya ketidakpastian dalam diri sendiri. Berarti, bukannya mereka harusnya mengenal diri sendiri lebih jauh lagi? Karena banyak loh, orang yang merasa udah kenal dengan dirinya tapi ketika ditanya, "Apa makanan atau film favoritmu?" Mereka bingung jawabnya apa. 

Aku selalu bertanya-tanya, kenapa aku nggak gampang insecure? Ternyata, kunci utamanya adalah mengenali diri sendiri. Cari tahu apa yang bikin kamu unik, apa kekuatanmu.  Kalau kamu tau betul siapa dirimu, perbandingan sama orang lain tuh jadi nggak relevan. 


Menghindari Perbandingan

Kita udah tau, kan, bahwa pemicu dari insecure itu sering banget gara-gara kita suka banding-bandingin diri sama orang lain. Misalnya, ngeliat postingan orang yang keren banget fotonya di Instagram, terus jadi banding-bandingin tuh dengan foto punyamu. Tiba-tiba ngerasa foto kita “kok gini amat” Akhirnya malah jarang post karena minder, kan, aneh. Padahal siapa tau itu strength dia, ya, emang karena jago foto aja gitu loh, karena anak seni, misal.

Bener-bener nggak relevan sama sekali, kan? Selain environment-nya beda, kalian ngga tau referensi apa aja yang mereka sudah lahap untuk mendapatkan skill itu, yang kamu compare itu tadi. Karena nggak masuk akal banget kalau kita nilai diri kita berdasarkan kekuatan orang lain. Tiap orang punya kelebihan masing-masing, dan itu nggak bisa diadu gitu aja.

Jadi, daripada ngerasa down gara-gara kelebihan orang, mending gali potensi diri dan bikin itu bersinar. Ini cara paling ampuh buat nendang rasa insecure jauh-jauh!



Cari dan Kenali Strength (Kekuatan) Diri

Ini menurutku poin paling penting dari supaya enggak lagi insecure. Strength (kekuatan) yang kumaksud di sini adalah skill (kemampuan). Skill ini ibarat tameng, yang buat diri kamu jadi mikir bahwa, "Aku berharga", dan jadi 'secure'. Karena ada value yang kamu offer ke society. Ketika suatu saat kamu udah tau jagomu di mana/skill-mu apa, insecure akan menjadi usang dan berdebu. And again, because you're really good at it, komparasi sampai-sampai bukan lagi jadi sebuah opsi. Bahkan, untuk lewat di pikirin aja enggak akan. Ini adalah kasus real yang terjadi padaku, jawaban dari pertanyaan yang kuajukan berkali-kali terhadap diriku sendiri "Kenapa, ya, aku nggak pernah ngerasain yang namanya insecure ini". Ya, karena aku memang sejago itu di hal yang aku lakukan, which is Fotografi. 


Fokus pada Kemampuan/Value Diri

Banyak orang di luar sana yang ngga good looking, tapi dia jago banget dalam menulis dan bercerita (story telling) lalu memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin sehingga keahliannya ini bisa ke berbagai arah, dari awalnya sekedar menulis diary untuk Blog-nya lalu berkembang ke Stand Up Comedy, Buku, Film, bahkan sekarang Musik. Ya, contohnya adalah Bang Raditya Dika, dia full fokus pada kekuatan dirinya, untuk ngembangin skill dia, sehingga kelebihannya lebih menonjol daripada kekurangannya, dan tentunya bermanfaat bagi orang banyak. 

Tentunya hal ini bikin dia ga akan ada waktu untuk memikirkan orang lain yang mana itu menuju tidak adanya insecure di dalam diri karna dia sudah percaya dengan dirinya percaya pada kekuatan yang ada pada dirinya kuncinya fokus mencari kekuatan dalam diri sendiri.

Poinnya di sini adalah gue percaya bahwa setiap orang punya kelebihannya masing-masing. Alih-alih fokus pada kekurangan seperti, "Aku nggak bisa foto sekeren dia", "Aku nggak secantik dia", lebih baik cari tahu apa yang membuat dirimu istimewa. Apakah pandai berbicara, menari, atau sekedar jago membuat orang tertawa? Kembangkan kelebihan ini. Belajar dari contoh Bang Radit tadi, seseorang yang tidak percaya diri dengan penampilannya bisa fokus pada keterampilannya seperti menulis atau berkomedi, yang pada akhirnya membuat mereka lebih percaya diri.  


Menemukan Hobi yang Bermakna

Kalian sadar ngga, sih, bahwa orang Indonesia itu rata-rata punya terlalu banyak waktu luang, sehingga  juga punya banyak waktu untuk memikirkan hal-hal yang ngga perlu. Contohnya, ya, waktu untuk insecure ini. Ngetik komentar, kan, perlu waktu, kan, yak? Gua sendiri pernah ketemu komentar panjang lebar yang intinya dia itu insecure basically, dan itu ngga satu dua orang. Udah insecure, dituangkan pula dalam bentuk komentar, terus tiap yang nge-like-in komentar dia kan jadinya nge-remind diri dia sendiri bahwa dia insecure. Iya kalo like-nya satu, dua orang? Terus-menerus? Kayak alarm cuy yang ngingetin bahwa lu tuh insecure tiap baca notification. 

Hobi ini adalah fungsi yang tepat untuk waktu luangmu, dia yang mengisi kekosongan di hari-harimu sehingga kamu bisa mengenal diri lebih jauh lagi. Jangan pernah remehkan hobi, justru mereka adalah jembatanmu untuk mengenal dirimu lebih dalam lagi. Hobi bisa apa aja, baca novel sekali pun itu juga termasuk hobi. Karena arti dari hobi sendiri adalah, aktivitas yang dilakukan di waktu luang. Kegemaran, kesenanganmu pada waktu senggang, waktu untuk menenangkan pikiran, apa pun yang mengembangkan diri. Nanti, dari banyaknya hobi yang kamu coba di waktu luangmu akan ada satu yang nyantol yang bikin hati tergelitik ketika melakukannya. That's the sign when you found it. Hobi yang bermakna.


Hidup di Masa Sekarang dan Fokus pada Saat Ini

Aku paham bahwa ketidakyakinan saat insecure itu mengguncang dan membuatmu bingung akan apa-apa saja yang akan terjadi di masa depan, tapi ingat, bahwa masa depanmu tergantung dari apa yang kamu lakukan pada saat ini. Jadi fokus pada saat ini. 

Jika belum menemukan hobi yang bermakna, nggak masalah, yang penting jalani hidup dengan penuh makna. Fokus pada momen sekarang. Apa yang sedang dilakukan? Asah skill. Kalo belum punya skill kenalan sama diri sendiri dulu lebih jauh lagi. Coba hal baru yang berhubungan dengan seni (ekspresi jiwa) manusia. Entah itu baca buku, nonton film, dengerin musik). Jangan terlalu khawatir tentang masa depan (karier, tujuan besar).  

Karena hati-hati, fokus itu bisa jadi suggestion. Pilot yang dibilangin jangan nabrak gedung pasti akan berhati-hati dan mikirin gedung seperti apa yang akan muncul di depannya, "mana gedung, mana gedung?" di pikirannya. Sampailah di tujuan tapi tidak ada gedung satu pun yang nampak di perjalanan. 

Baca Juga: Present


Bangun Lingkungan yang Positif

Ada yang bilang, "Tunjukkan teman-temanmu, maka akan aku tunjukkan bagaimana masa depanmu". Lingkungan itu berpengaruh banget ke pola pikir. Kalau temenmu insecure, toxic atau males-malesan mending jauhin. Ganti dengan orang-orang yang satu visi dan misi denganmu. Gausah ketinggian, yang satu interest dan satu pola pikir aja dulu. Tentu yang interest-nya ke arah hal yang positif, ya, yang bikin kamu juga berkembang, dan bukannya malah "crab mentality" yang jadi mempertebal insecure-mu misal.

Ketika kamu berbicara atau bahkan hanya memperhatikan bagaimana orang percaya diri/positif bekerja, otomatis pola pikir dia itu akan nular ke kamu secara perlahan. Tonton aja coba podcast orang-orang yang baik secara pola pikirnya: Raditya Dika, Raymond Chin, Felix Siauw, Deddy Cobuzier. Tulisan yang kamu baca sekarang ini adalah hasil dari itu semua, dari aku memperhatikan bagaimana cara mereka berpikir dan mengaplikasikannya ke hidup. 


Kendalikan Media Sosial

Insecure sering kedengeran, terutama untuk kalangan anak muda di era media sosial ini. Kadang aku mikir betul kenapa banyak anak muda jaman sekarang sering mention kata-kata ini; insecure, anxiety, depression dan kata terkait kesehatan mental lainnya. Menurutku, ini bukti bahwa social media sangat berdampak, dan ada kaitannya dengan hal ini. Karena gak jarang ngeliat komentar soal insecure di 1,2 video TikTok yang lewat atau pun di platform sosial media lainnya, terutama yang ada hubungannya dengan visual/gambar.

Sosial media ini ibarat momok penyakit dari insecure ini, karena memang trigger-nya ada di sini. Ibarat loophole yang harus segera diputus. Saranku jangan dihentikan, tapi kendalikan, di sini kuncinya. Kalo ada pikiran negatif tentang insecure, jangan malah komentar seperti, "Aku insecure liat ini". Karena apa yang kamu tulis dan pikirkan lama-kelamaan akan menjadi mindset di alam bawah sadarmu. 

Selalu ingat bahwa social media only show highlights of their life. Prosesnya nggak mereka liatin, karena berdarah-darahnya di sana. Dan kalau pun mereka share kesenangan, jangan ganggu mereka dengan komentar perbandingan yang nggak penting, siapa tau mereka cuma share kesenangannya aja di social media tanpa ada rasa ingin pamer, entah itu ketika dia dapet barang baru or anything like that. Reaksimu terhadap hal-hal seperti ini adalah kunci terhadap pembentukan pola pikirmu. 


Alasanku Ngga Pernah Ngerasa Insecure

Dari 10 poin di atas yang kukeluarkan, sekarang make sense aja gitu kenapa aku ngga pernah ngerasain yang namanya insecure. Tampangku biasa aja, tapi aku memperbaiki penampilanku, jadi bisa suka banget sama diri sendiri, bahkan aku malah ngakuin dan sampe ngomong ke diri sendiri, "lu tuh ganteng, bil". Aku juga olahraga angkat beban, yang mana ini meningkatkan rasa percaya diriku berkali lipat. Skill-ku? Buset, aku ngga ragu untuk bilang di Fotografi, I'm on top of the world, man. Jago parah. 

Balik ke awal, tujuan utama aku ngetik artikel ini adalah untuk bisa menjawab pertanyaan yang kuajukan ke diriku sendiri: "Kenapa aku nggak pernah bisa ngerasain yang namanya insecure?" Karena jujur aja, dari dulu aku memang belum bisa relate. 

Belum bisa relate = "Belum nyambung karena belum mengalami atau belum ngerti dari sisi emosinya." Jadinya aku merasa ngga punya cukup landasan untuk ngasih advice lebih ke orang-orang yang lagi ngerasa insecure. Untungnya, di tahun 2025 ini, aku sudah sampai di titik di mana aku bisa memahami perasaan itu dan bisa nge-release artikel ini untuk menjawab pertanyaanku sendiri. Walau memang belum pernah mengalami persisnya, tapi aku bisa nangkep esensinya dan merasakannya secara empatik.



Pentingnya Insecure

Beside insecure itu bukan hal buruk. Justru sebaliknya, ini tanda bahwa kalian aware sama diri kalian sendiri, sadar akan kekurangan, dan secara ngga langsung itu nunjukkin kalau kalian, yang artinya mau nih untuk improve. Jangan dipikir bahwa ketika kalian insecure kalian itu salah, ngga gitu. Perasaan ini valid, dan layak untuk diakui. Orang yang ngga mengakui kesalahan adalah orang-orang yang ngga akan berkembang.

Normal untuk manusia merasakan yang namanya insecure karena perasaan itu menyediakan ruang untuk berkembang. Sekarang gimana cara kita aja untuk merespon perasaan insecure ini. Dengan terus-terusan down, atau koreksi masalahnya, lalu level up.

Yakali badan bau/gemuk, gigi berlubang, rambut acak-acakan, lu pede aja gitu, gas aja gitu? Jadikan rasa insecure bahan bakar untuk bisa lebih berkembang, bukan malah dijadiin tameng untuk menyalahkan orang lain dan malah membenarkan sikap negatif diri.