![]() |
Vivian Maier, Chicago, 1956 © The Estate of Vivian Maier, courtesy Collection John Maloof |
Sudah sekitar sebulanan kayaknya aku enggak liat film. Film terakhir yang aku lihat sampai sekarang masih dengan documentary-nya Vivian Maier. Sengaja. Karena memang ingin yearning aja. Sayang kalau perasaan ini terlewat begitu saja. Karena aku jarang betul untuk rewatch sesuatu, ketika ingin rewatch sebuah film, di otakku pasti akan ada suara, "Hey, ada banyak film yang belum ditonton di luar sana, dan kamu memilih untuk rewatch?".
Menemukan Vivian Maier
12 Maret 2025, aku 'menemukan' Vivian Maier. Seorang street fotografer yang begitu passionate untuk menyembunyikan jati dirinya dari 'kejamnya dunia'. Vivian Maier berusaha keras untuk tak seorang pun menemukan dia, mengenali dia. Berpindah lokasi, menggunakan aksen negara lain, mempunyai banyak nama, dan juga personality.
Yang membuatku terus bertanya-tanya adalah, kenapa ia menyembunyikan jati dirinya?
Di beberapa karya-karyanya, Vivian Maier sering memotret koran-koran bekas yang berisi berita-berita buruk. Koran pun ia kumpulkan di basement sampai menumpuk, sesak, seakan-akan ia memberitahu melalui visual bahwa "Ini loh, segini banyak, kekejaman yang ada di dunia ini".
![]() |
Vivian Maier, Highland Park, 1966-1967 © The Estate of Vivian Maier, courtesy Collection John Maloof |
Penemuan Karya Vivian Maier
Vivian Maier meninggal pada tanggal 21 April 2009. Meninggalkan ribuan karya foto negatif di unit penyimpanannya. Karena penyimpanan yang nggak dibayar, akhirnya, semua karya foto negatif dan barang-barang Vivian Maier dilelang untuk menutupi tunggakan.
John Maloof dan Peran Besarnya dalam Mengangkat Karya Vivian Maier
Di sinilah peran John Maloof, seorang kolektor barang antik yang membeli sekotak berisikan ribuan foto negatif karya Vivian Maier dan barang-barang pribadi Vivian Maier dalam sebuah lelang buta, yang dilelang pada 2007 di Chicago, Illinois, USA. Seharga 400$ dan tanpa tau isinya seperti apa.
Sayangnya, Vivian Maier meninggal dua tahun kemudian pada April 2009, sebelum karya-karyanya dikenal luas seperti sekarang. John Maloof baru mulai mempromosikan karya Vivian Maier secara besar-besaran setelah kematiannya, ketika ia menyadari betapa berharganya foto-foto Vivian Maier dan dilanjut lagi dengan menelusuri kisah hidupnya.
Responku saat Menonton Dokumenternya
Ketika aku mengetahui kisah Vivian Maier yang sebenarnya saat menonton dokumentarinya (Finding Vivian Maier) pertama kali, aku betul-betul merinding dan menangis. Karena kebiasaanku yang menonton film tanpa tau clue satu pun dari filmnya mengantarkanku pada gems-gems seperti ini.
Mengetahui bahwa ternyata karya Vivian Maier yang kulihat karyanya seliweran di timeline-ku itu ternyata ditemukan oleh seseorang, dan bukan dari dia sendiri yang membagikan dan mempromosikannya. Bisa dibayangkan betapa kagumnya aku terhadap cerita ini, terlebih lagi aku yang juga seorang street fotografer.
Betul-betul orang normal biasa yang menjalani kehidupannya. Ia menjadi luar biasa dikenal karena seseorang menemukan karya-karyanya lewat blind auction sampai diakui oleh dunia.
Betapa gilanya cerita ini kalo ditelaah lagi. Bagaikan script sebuah film. Beruntung, karya-karyanya berada pada orang yang tepat. Ini membuktikan bahwa semesta akan mengatarkanmu ke tempat di mana kamu seharusnya berada.
Vivian Maier juga suka untuk mengambil self-portraits dirinya. Banyak sekali foto self-portrait yang menjelaskan kedalaman dari seorang Vivian Maier. Coba deh, liat.
Kontroversi
Kalo ada yang bilang, "Padahal, Vivian Maier kan nggak mau orang menemukannya, kok malah karya-karyanya dipromosikan, mau ngeraup untung aja untuk dirinya, ini, mah". Sebentar, mereka yang berkomentar seperti ini hanya melihat dan menilainya dari sisi uang-uang-uang aja, dan memang begitu kan cara dunia ini bekerja? Ini adalah bagian surface-nya, permukaannya aja. Hanya orang tertentu memang yang bisa merasakan kedalaman cerita ini.
Mereka nggak liat fakta bahwa John Maloof sendiri, telah menghabiskan waktunya bertahun-tahun dan banyak uangnya sendiri untuk mengarsipkan, mencetak, mengembangkan, melestarikan, dan membawa ribuan foto negatif karya Vivian Maier ke dunia. Perlu diingat, Vivian Maier itu tadinya tidak dikenal, orang normal, biasa. John Maloof bahkan belinya dari blind auction. Anehnya lagi, John Maloof nggak langsung interested dengan karya Vivian, dia ingin develop dan mengetahui kisahnya setelah Vivian Maier meninggal, dan akhirnya mengetahui nilai seni dari fotonya. Ini betul-betul semesta yang bekerja.
Benarkah Vivian Maier Ingin Ditemukan?
Dan nggak cuma itu aja, ketika kamu perhatikan lebih dalam lagi di setiap detail dan kedalaman karakter Vivian Maier, di akhir hidupnya, menurutku, Vivian Maier sengaja ingin menjual semua karyanya, supaya orang melihat karya-karyanya. Notice nggak bahwa dia meninggal tahun 2009, tapi lelangnya di tahun 2007? Yang berarti dalam lubuk hatinya ia ingin ditemukan, walaupun itu berarti hanya 1 orang, yaitu orang yang membeli karyanya. Dari diakui oleh 1 orang, akhirnya mengantarkan karyanya diakui oleh 1 dunia. Justru dari John Maloof lah, kita bisa mengenal sosok Vivian Maier, sehingga bisa menginspirasi banyak orang. Ini bukan hanya soal uang.
Konsistensi dalam Diam
Bayangkan, ada seseorang yang sangat menyukai sesuatu, saking dia menyukai sesuatunya, dia sembunyikan hal itu, dan hanya ingin dinikmati oleh dirinya sendiri, ketika dia sudah selesai menikmatinya, dia tunjukkan di akhir hayatnya. Perkenalkan sekali lagi, Vivian Dorothy Maier.
Yang aku suka dari Vivian Maier adalah bagaimana dia begitu konsisten terhadap apa yang ia sukai. Inilah kenapa pada saat auction, ada banyak sekali foto negatif yang ia tinggalkan.
Sekilas Tentang Foto Negatif...
Sekilas tentang foto negatif: Ini adalah gambar yang dihasilkan dari proses fotografi analog di mana warna dan cahaya terbalik dari aslinya. Jadi, bagian terang di objek aslinya akan tampak gelap di foto negatif, dan sebaliknya. Nah, cara agar foto negatif bisa terlihat seperti aslinya (positif), ia harus melalui proses Cuci Film (Developing) terlebih dahulu.
Vivian Maier dan Rahasia Karyanya
Nah, fakta bahwa banyaknya ribuan foto negatif (un-develop) menunjukkan bahwa memang semua ini sengaja ia lakukan. Vivian Maier lebih suka untuk nge-keep karya-karyanya daripada dibagikan. "Biarlah, nanti aja orang lain yang menemukan dan mencetaknya," seakan-akan ini adalah harta karun yang siap untuk ditemukan.
Gaji dia sebagai seorang nanny (pengasuh anak), lebih ia gunakan untuk membeli alat-alat fotografi dan roll film.
Vivian Maier adalah contoh orang yang hidup dengan penuh makna, ia menjalani hidupnya dan fokus berkarya untuk dirinya tanpa perlu pengakuan orang satu pun.
Personality Vivian Maier ini bagaikan seperti di film-film, apalagi kisahnya. Truly, one of a kind.
Vivian Maier ngga pernah nge-share dan mempromosikan karya seninya ke khalayak umum. Bahkan develop-pun, hanya ia lakukan beberapa kali, alasannya pun hanya karena ia ingin melihat lagi foto-foto itu karena rindu. Dia nggak mau jadi terkenal. Dia tau betul bahwa dia hebat, makanya dia betul-betul menyimpan semua karya-karya fotonya, hanya untuk dirinya, no exposure. I wonder terkadang, apakah ini memang dia lakukan untuk membuktikan bahwa, "Aku tidak butuh diakui, temukan secret of my works, and it will unveil themself".
Kamera Rolleiflex & Misteri yang Tersimpan
![]() |
Self-Portrait, 1954 © The Estate of Vivian Maier, courtesy Collection John Maloof |
Dengan kamera bukaan atas, Rolleiflex, membuat hasil dari street photography-nya menjadi begitu natural, karena ini berasa kayak dia lagi nggak ngefoto orang, tapi cuma ngeliat ke bawah sambil bilang, "Oh ada apa di bawah sini, di kotak misterius ini?", Orang juga jadinya nggak ngerasa terganggu sekaligus membuat fotonya begitu penuh misteri.
Foto-foto self-portrait dia juga begitu misterius, layaknya personality-nya. Mengingatkanku pada film AmeliƩ (2001), terlebih dengan aksen Paris dia, dan dengan banyaknya personality yang ia gunakan.
Barang Pribadi dan Detail yang Tersembunyi
Oh iya, aku lupa membahas barang-barang pribadi Vivian Maier yang juga ada di auction. You will be ever more amaze with Vivian's personality! Semua detail barangnya ada di Finding Vivian Maier documentary film. Ini hanya bagian luarnya aja, coba liat.
Yang menarik adalah, dia bekerja sebagai seorang Nanny (pengasuh anak) yang di mana ia dapat memotret ekspresi anak-anak kecil lebih sering lagi. Ini berarti dia nggak punya ambisi untuk menjadi kaya, hanya ingin menikmati hidupnya dengan fotografi.
Vivian Maier itu contoh orang yang walk the talk, coba liat karya dan kehidupannya, sangat selaras dan menunjukkan bahwa orang yang nggak cuma omong doang (maksud walk the talk di sini adalah orang yang berkarya nggak cuma untuk exposure). Hal ini akan terlihat jelas sekali setelah kalian menonton Finding Vivian Maier.
Pengkarya yang truly ingin berkarya, itu terlihat dari bagaimana cara dia menjalani kehidupannya seperti apa, karena seni adalah bentuk ekspresinya, yang ia luapkan dalam bentuk media. Sumpah keliatan betul dari karya foto-fotonya.
5 Jam Menulis, 1 Bulan Membekas
Total waktu ngetik, 5 jam. Mengingat aku yang bisa mengingat semua hal ini 1 bulan setelah menonton Finding Vivian Maier menunjukkan bahwa hal ini sangat berkesan untukku. Aku ingin yang satu ini statusnya selesai, bukan draf. Ngga boleh ada draf di antara kita untuk yang satu ini, bil. Selebihnya, aku akan tambahkan di masa depan, tapi aku ingin perasaan ini ada dulu, sekian.